BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ekonomi
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring
perkembangan zaman ,tentu kebutuhan terhadap manusia bertambah oleh karena itu
ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Perubahan
yang secara umum terjadi pada perekonomian yang dialami suatu negara seperti
inflasi ,pengangguran , kesempatan kerja, hasil produksi,dan sebagainya. Jika
hal ini ditangani dengan tepat maka suatu negara mengalami keadaan ekonomi yang
stabil, mempengaruhi kesejahteraan kehidupan penduduk yang ada negara tersebut.
Sudah
hampir 66 tahun Indonesia merdeka. Akan tetapi kondisi perekonomian Indonesia
tidak juga membaik. Masih terdapat ketimpangan ekonomi, tingkat kemiskinan dan
pengangguran masih tinggi, serta pendapatan per kapita yang masih rendah. Untuk
dapat memperbaiki sistem perekonomian di Indonesia, kita perlu mempelajari sejarah
tentang perekonomian Indonesia dari masa penjajahan, orde lama, orde baru
hingga masa reformasi. Dengan mempelajari sejarahnya, kita dapat mengetahui
kebijakan-kebijakan ekonomi apa saja yang sudah diambil pemerintah dan
bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia serta dapat memberikan
kontribusi untuk mengatasi permasalah ekonomi yang ada.
Dalam
kesempatan ini kami akan menjelaskan tentang perkembangan perokonomian
Indonesia dari masa ke masa, mulai dari masa penjajahan, orde lama, orde baru serta
reformasi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa tantangan Indonesia dalam
masalah perekonomian ?
2. Bagaimana perkembangan
perekonomian setiap tahunnya ?
3. Apa solusi terbaik untuk
mengatasi permasalahan perekonomian ?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui kondisi perekonomian
Indonesia tiap tahunnya.
2. Memahami dan mengerti tentang
tantangan perekonomian Indonesia.
3. Mengetahui perkembangan
perekonomian di setiap tahunnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Perekonomian
Indonesia Tahun2010
2010
menjadi tahun yang penting bagi Indonesia. Terpilihnya presiden baru,
menandakan era baru dalam pemerintahan Indonesia. Keberhasilan Indonesia lepas
dari jeratan krisis financial global, hingga mampu menjadi satu dari dua negara
Asia yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif di tahun 2009, membangkitkan
optimisme di awal tahun 2010. Optimisme perekonomian ini yang sepatutnya
dipertahankan oleh pemerintahan SBY dan menjadi landasan pembangunan di tahun
2010.
Secara
umum, perekonomian Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan prestasi yang cukup
baik. Sebagai negara yang mampu mencapai pertumbuhan positif selama masa krisis
finansial global, Indonesia semakin mendapat kepercayaan di mata dunia
Internasional. Hal ini terbukti dari meningkatnya peringkat Indonesia pada
Global Competitiveness Index 2010-2011 yang dikeluarkan oleh World Economic
Forum. Indonesia berhasil meraih peringkat 44, naik 10 peringkat dibandingkan
pada tahun 2009. Peringkat layak investasi Indonesia menurut S&P juga
mengalami peningkatan dari BB menjadi BBB. Kenaikan peringkat layak investasi
ini menunjukkan semakin dipercayanya pasar modal Indonesia di mata global.
Indikator
makroekonomi Indonesia selama tahun 2010 menunjukkan adanya perbaikan
perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada
tingkat 6,1%, sedangkan tingkat inflasi hingga November berhasil ditahan pada
level 6,33% (yoy). Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga BI yang
dipertahankan pada level 6,5%. Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini
menyebabkan sektor kredit mengalami peningkatan tajam sehingga sukses memompa
pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang
hingga bulan oktober mencapai 19,3% (yoy).
Indonesia
juga mengambil keuntungan dari krisis ekonomi yang dialami oleh negara-negara
uni eropa. Krisis tersebut menyebabkan adanya perpindahan aliran dana ke
emerging market seperti Indonesia. Menurut data World Bank, total dana global
yang hijrah ke emerging market hingga bulan oktober mencapai US$ 403 Miliar.
Wajar apabila, ada sebagian dari dana global tersebut (US$ 15,7 miliar pada
tiga triwulan pertama) yang mampir membanjiri pasar modal Indonesia. Banjir
bandang dana global ini sukses mendongkrang IHSG mencapai di atas 3700. Diperkirakan
akan terus meningkat pada tahun depan. Melonjaknya IHSG ini dikhawatirkan akan
menyebabkan kerentanan apabila terjadi capital flight dari dana-dana asing
tersebut. Kekhwatiran ini coba di atasi oleh pemerintah dengan terus
mengkokohkan cadangan devisa. Hingga akhir November, cadangan devisa Indonesia
sukses menembus angka US$ 92,759 Miliar atau sebesar 6,96 bulan impor dan
pembayaran ULN pemerintah (BI, 2010). Dengan besarnya cadangan devisa yang
dipunya oleh Indonesia, nampaknya perekonomian Indonesia masih akan stabil
hingga tahun depan.
Seperti
pendapat Seers (1973) bahwa permasalahan utama negara berkembang adalah
kemiskinan, pengangguran dan pemerataan pendapatan, Indonesia pun masih
menghadapi permasalahan yang sama. Walaupun angka kemiskinan yang dikeluarkan
BPS menunjukkan trend penurunan, angka kemiskinan dan pengangguran Indonesia
tetaplah tinggi. Pada tahun 2010, angka kemiskinan mencapai 34 juta, sedangkan
angka pengangguran menjadi 9,5 juta. Lebih menyedihkannya lagi, sebagian besar
dari penganggur adalah sarjana D3 dan S1. Jadi dapat disimpulkan, sebagian
besar tenaga kerja yang terserap adalah tenaga kerja berpendidikan SMA kebawah.
Sementara masalah pemerataan pendapatan juga masih jadi momok selama satu
dekade terakhir. Pemerataan pendapatan mengalami stagnansi selama
bertahun-tahun. Hal ini terlihat dari stagnannya angka koefisien gini Indonesia
selama satu dekade pada kisaran 3,6-3,8. Masalah ini menjadi serius karena
pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menerus positif selama beberapa tahun
terakhir tapi tingkat kemiskinan, pengangguran dan pemerataan pendapatan masih
tetap bermasalah. Alhasil dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut
hanya dinikmati sedikit pihak.
Dengan
berbagai pencapaian dan permasalahan yang dihadapi perekonomian Indonesia,
tentunya kita masih tetap harus optimis dalam menyongsong tahun 2011. Untuk
menatap 2011 dengan optimismis, setidaknya ada dua perkerjaan rumah yang harus
dilakukan oleh pemerintah. Pertama adalah perbaikan infrastruktur. Kedua adalah
perbaikan kualitas pertumbuhan ekonomi.
Perbaikan
Infrastruktur
Perbaikan
infrastruktur menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan. Kondisi
infrastruktur Indonesia saat ini masih sangat menyedihkan. Global
Competitivness report menempatkan kualitas infrastruktur Indoneisa pada
peringkat 82, jauh tertinggal oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara
seperti Brunei Darussalam (52), Malaysia (30), Thailand (35), dan Sinagpura
(5). Hal ini menjadi pekerjaan rumah besar untuk pemerintah Indonesia.
Salah
satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan infrastruktur Indonesia adalah
dengan menggunakan skema PPP (public private partnership) dalam
pembiayaan infrastruktur. Mekanisme PPP atau di Indonesia disebut KPS
(kerjasama pemerintah swasta) adalah mekanisme kerjasama jangka panjang antara
pemerintah dan swasta dalam menjalankan proyek infrstruktur. Menurut Yong
(2010) mekanisme PPP membantu pemerintah dalam mempercepat pembangunan
infrastruktur. Selama ini pemerintah mengalami budget constrain ketika ingin
mengembangkan infrastruktur. Melalui mekanisme PPP, pemerintah akan mendapat
bantuan pendanaan dan pembagian resiko bersama pihak swasta. Di Indonesia, PPP
sudah mulai banyak digunakan. Setidaknya sudah ada 70 proyek infrastruktur yang
sudah beroperasi yang memakai mekanisme PPP. Dengan semakin banyaknya proyek
dengan mekanisme PPP, diharapkan akselerasi pertumbuhan infrastruktur Indonesia
akan semakin cepat.
Kualitas
pertumbuhan ekonomi
Kualitas
pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih rendah. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia memang cukup tinggi, akan tetapi efek masyarakatnya terlalu rendah.
Setap satu persen pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya menyerap 250 ribu tenaga
kerja baru. Hal ini yang menyebabkan masih tingginya tingkat pengangguran.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bergantung pada sektor
non-tradable, yang notabane nya penyerapan tenaga kerjanya kecil. Pada kwartal
IV 2010, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi mencapai 13,6%.
Bandingkan dengan pertumbuhan sektor pertanian yang merangkak pada angka 1,6%,
padahal mayoritas masyarakat Indonesia bekerja pada sektor pertanian.
Pertumbuhan sektor tradable, seperti industri dan pertambangan justru stagnan
pada level dibawah 5%. Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan sektor
non-tradable yang mencapai di atas 6%. Jika melihat data-data tersebut, wajar
apabila tingkat pengangguran dan kemiskinan Indonesia masih sangatlah tinggi.
Sektor perekonomian Indonesia yang tumbuh hanyalah sektor yang cenderung padat
modal bukan padat karya.
Menjadi
suatu pekerjaan rumah untuk pemerintah untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Salah satunya caranya adalah dengan memperkuat kembali
industri nasional, terutama di sektor manufaktur dan agroindustri.
Reindustrialisasi ini bisa dilakukan dengan menyokong pertumbuhan industri
nasional melalui perbaikan infrastruktur, perbaikan birokrasi, dan pemberian
bantuan modal bagi industri yang membutuhkan.
Perekonomian Indonesia Tahun 2011
Badan Pusat Statistik mengumumkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 6,5% pada empat bulan terakhir tahun 2011,
meski sebelumnya sempat muncul pesimisme karena anjloknya angka ekspor Desember
lalu. Dengan demikian, target pertumbuhan yang dicanangkan pemerintah antara
6,3-6,5%, terpenuhi sepanjang tahun lalu. Angka yang dilansir BPS ini memupus
keraguan akan memburuknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena pada Desember
lalu angka ekspor justru melemah hanya mencapai 2,19% dibanding angka yang sama
tahun sebelumnya dan merupakan yang terendah sejak September 2009. Pada bulan
Oktober dan November 2011, ekspor juga melemah menjadi 16,7 dan 8,25 %, padahal
angka ekspor rata-rata sejak Juli-September mencapai 40,5%.
Meski demikian, melemahnya ekspor
ditutup oleh melonjaknya konsumsi dalam negeri sementara minat investasi juga
tetap tinggi pada kuartal keempat 2011, ditandai dengan naiknya angka investasi
asing (FDI) yang mencapai 25%. Kalangan pengamat menghubungkan naiknya angka
investasi asing ini dengan kembalinya standar layak investasi (investment grade)
yang diumumkan oleh lembaga pemeringkat Fitch, pada pertengahan Desember lalu.
Pemeringkat lain, Moody's dan Standard and Poor's, kemungkinan besar akan
mengikuti langkah itu tahun ini, yang dipandang akan menjadi dorongan makin
besar pada investor untuk berbisnis di Indonesia.
Meski demikain suhu ekonomi dunia
yang sedang terganggu akibat krisis berkepajangan di AS dan Eropa, diperkirakan
akan turut berimbas ke Indonesia sehingga lembaga seperti Bank Indonesia
menurunkan target pertumbuhan 2012 menjadi 6,3-6,5%, lebih rendah dari target
pemerintah yang mencapai 6,7%. Dari sisi internal, persoalan yang dianggap bisa
mengganggu laju pertumbuhan ekonomi adalah masalah perburuhan yang pada
beberapa pekan terakhir dianggap meresahkan investor asing terutama yang
bergerak di bidang industri manufaktur. Pengusaha menuding pemerintah daerah
menggunakan kasus perburuhan sebagai alat politik untuk kepentingan mereka,
sehingga merugikan perhitungan bisnis mereka untuk tahun 2012.
Perekonomian
Indonesia 2012
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 juga didorong
karena diakuinya perekonomian Indonesia oleh negara-negara berkembang. Beberapa
negara berkembang menganggap bahwa Indonesia sudah dapat mengelola ekonominya
dengan baik. Optimisme prospek perekonomian tahun 2012 juga didorong adanya
peningkatan rating Indonesia yang masuk ke level investment grade. Dengan
demikian, beberapa negara berkembang sudah menunjukkan rasa percaya yang tinggi
untuk menginvestasikan dananya di Indonesia. “Hal ini akan berdampak positif.
Misalnya perusahaan multinasional akan melakukan investasi jangka panjang.
Selain supply uang akan meningkat, job opportunity juga akan meningkat. Seiring
dengan hal tersebut, kondisi perbankan nasional juga sangat baik. Hal ini dapat
dilihat dari sisi aset, penyaluran kredit, rasio permodalan, dan kualitas
kredit perbankan di Indonesia. Kedepannya, kinerja perbankan nasional
akan tetap solid karena didukung oleh beberapa hal, yakni kebutuhan pembiayaan
yang terus meningkat dan kualitas fundamental sektor perbankan nasional yang
berada dalam kondisi yang baik.”Tidak Ada Masa Depan Buat Orang-Orang Pesimis
yang Terlalu Mengkhawatirkan Kemajuan Ekonomi Negaranya. Masa Depan Ada Pada
Orang-Orang Yang Berpikir Optimis”.
Kondisi perekonomian global pada tahun 2011
menunjukkan kondisi yang penuh ketidakpastian. Hal tersebut dapat berakibat
negatif pada kondisi perbankan di berbagai negara, selain juga memiliki dampak
terhadap meningkatnya resiko kondisi perekonomian di masa yang akan datang.
Walaupun demikian, kondisi buruk tidak terjadi di Indonesia. Kondisi
perekonomian Indonesia pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi,
yaitu mencapai 6,5 persen. Hal ini juga seiring dengan kondisi perbankan di
Indonesia yang cukup baik. “Berbagai kondisi kondusif tersebut tidak terlepas
dari kebijakan Bank Indonesia dan koordinasi yang dilakukan dengan pemerintah.
Sementara Direktur Institutional Banking Bank Mandiri, Abdul Rachman mengatakan
bahwa ketidakpastian global yang terjadi saat ini lebih kompleks dibandingkan
dengan krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Hingga saat ini, kondisi
perekonomian masih tidak menentu dan masih akan berlangsung dalam beberapa
waktu mendatang. Krisis perekonomian yang mulanya terjadi di Yunani ini sudah
kian menyebar ke beberapa negara di Eropa, seperti Spanyol, Italia, Portugal,
dan Perancis, yang terlihat dari meningkatnya biaya pinjaman dari negara-negara
tersebut. Namun demikian, senada dengan Irwan, Abdul Rachman juga mengatakan
bahwa di tengah ancaman krisis global, perekonomian Indonesia memiliki kondisi
yang baik. Kondisi Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 bahkan diproyeksikan
solid, dan memiliki peningkatan hingga 6,7 persen. Menurutnya, hal ini
besar dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi domestik. “Ekonomi domestik tumbuh
karena porsi ekonomi kita yang bergantung pada ekspor relatif kecil,”
ungkapnya.
Memasuki tahun 2012 sebagian orang merasa
khawatir oleh krisis ekonomi yang sedang berlangsung di Eropa dan Amerika
Serikat. Selama ini, dominasi dari kekuatan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat
sangat luar biasa pengaruhnya terhadap perekonomian global. Oleh karena itu,
wajar saja bila banyak orang selalu melihat perilaku ekonomi Eropa dan Amerika
Serikat sebagai alat ukur untuk menyelamatkan nilai dari kekayaan yang mereka
miliki. Setelah melakukan pembelajaran dan mengutak-atik angka-angka untuk
memprediksi perekonomian Indonesia di tahun 2012, hasilnya lebih kurang sama
saja seperti yang sudah dibicarakan oleh banyak ahli dan pengamat ekonomi. Ekonomi
Indonesia masih dijalan yang baik dan tetap akan memberikan pertumbuhan positif
yang kemungkinan besar bertumbuh diantara 5,5% – 6,5% dengan inflasi di level
5% – 7%, dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat akan berada di
level 8900 – 9300. Secara intuitif saya merasakan bahwa perekonomian Indonesia
akan bertumbuh secara stabil dalam jangka waktu yang lebih panjang. Oleh
karenanya, tahun 2012 adalah tahun yang sangat optimistis buat mengarahkan
ekonomi Indonesia kepada jalur yang diinginkan, agar dapat memberikan
kesejahteraan buat masyarakat banyak. Oleh karena itu, mengarahkan dan
memotivasi pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui sektor industri dan
perdagangan berbasis sumber daya alam, sumber daya manusia kreatif, dan
pariwisata akan membuat ekonomi Indonesia semakin tangguh di tahun 2012. Risiko
dari perasaan khawatir terhadap keadaan di kawasan Eropa dan Amerika Serikat
akan berdampak kepada sektor keuangan dan sektor pasar modal. Akibatnya,
kemungkinan besar para investor lebih suka menyimpan uang mereka di logam mulia
emas atau pun di properti.
Properti yang kemungkinan akan diincer adalah tanah,
dan biasanya investasinya bersifat jangka panjang dan tidak likuid. Kekuatan
pasar domestik Indonesia sangatlah luar biasa. Kebiasaan sebagian besar
masyarakat Indonesia yang lebih suka berbelanja daripada menabung telah menjadi
sebuah kekuatan untuk pertumbuhan ekonomi. Sebab, uang akan terus berputar dan
dalam setiap putaran uang tersebut akan menciptakan nilai tambah ekonomi.
Kecerdasan untuk mengelola potensi, dan memotivasi pertumbuhan pasar domestik
oleh pihak yang berwenang. Khususnya, untuk memudahkan produk dan jasa buatan
dalam negeri agar dapat menjadi lebih efektif, kreatif, produktif, efisien, dan
berdaya saing unggul dibandingkan produk import, akan menjadikan ekonomi
Indonesia lebih kuat dan tidak perlu takut terhadap keadaan di kawasan Eropa
dan Amerika Serikat.
Tak bisa dipungkiri bahwa masuknya kembali Indonesia
ke dalam investment grade versi fitch rating menimbulkan dampak besar. Setelah
terseok-seok selama lebih dari 10 tahun menghuni ‘papan bawah’ pandangan dari
investor, diharapkan akan menjadi perangsang perekonomian untuk kedepannya.
Mungkin tak lama lagi, lembaga pemeringkat lainnya seperti Moody’s atau
Standard & Poors akan mengikuti jejak Fitch dalam menaikkan rating
Indonesia agar lebih terpercaya. Itu baik, karena terdapat isu bahwa para
Manager Investasi Internasional wajib menanamkan investasi di negara yang
‘berlevel’ investment grade. Aliran dana masuk akan memberikan angin segar
kepada Indonesia, peningkatan Investasi diharapkan akan memberi modal luas bagi
lingkungan usaha sehingga menyerap para pekerja Indonesia. Selain itu, sisi
makro Indonesia di tahun 2011 juga dirasa cukup baik. Ditandai dengan ketahanan
ekonomi nasional ditengah gejolak ekonomi eropa dan politik di timur tengah.
Selain itu, penurunan BI rate dan rendahnya inflasi diharapkan akan mendorong
kredit usaha di tahun 2012.
Tahun 2012 adalah tahun yang sangat tepat untuk
Indonesia buat menyiapkan sistem perdagangan dan investasi yang kuat. Termasuk,
menyiapkan kapasitas dan keunggulan daya saing industri Indonesia dalam
menghadapi liberalisasi perdagangan dan jasa di waktu yang akan datang; agar
Indonesia tetap unggul saat berhadapan dengan ekonomi China, India, dan
negara-negara penghasil produk murah lainnya. Awal tahun, waktu yang tepat
untuk para analis menunjukkan kemampuan nya untuk meramalkan posisi
perekonomian satu tahun kedepan. Dengan banyaknya faktor yang bisa mempengaruhi
perekonomian secara langsung maupun tidak, analisa perekonomian menjadi tidak
mudah dan kita akan mendapati berbagai versi analisa dari para ekonom. Patut
dicermati terkait analisa perekonomian di awal tahun, karena akan menyangkut
ekspektasi dari para stakeholder dalam perekonomian itu sendiri. Masing-masing
stakeholder dengan kepentingan berbeda akan melakukan tindakan yang efektif di
awal tahun, tentunya untuk mendapatkan keuntungan dan manfaat dari
perekonomian.
Analis lain juga banyak memiliki pendapat yang kontra, mereka
kurang optimis dalam menilai dan mengekspektasikan ekonomi Indonesia kedepan.
Lagi-lagi berkaitan dengan Investment grade, kenaikan level Indonesia tidak
akan berpengaruh besar pada perekonomian. Krisis utang eropa, menyebabkan para
investor menilai bahwa ekonomi dunia yang sangat elastis terhadap permasalahan
ini. Berlarut-larutnya penyelesaian akan membuat investor beralih pada
investasi yang lebih aman. Untuk Indonesia, krisis tersebut sangat berhubungan
dengan ekspor. Uni eropa merupakan mitra yang sangat besar untuk pasaran produk
ekspor dari indoensia. Pelambatan ekspor akan terjadi lebih dalam di tahun 2012
karena terjadi berbagai pengetatan anggaran dari negara-negara Uni Erpoa.Usaha
yang cukup bagus di tahun 2011 adalah mereka yang bergerak dibeberapa bidang
yang berelemen api dan kayu. Bisnis yang berelemen api misalnya kimia, biro
jasa, listrik, minyak pembakar, restoran, minyak kelapa sawit, pertambangan gas
dan batu bara. Sementara itu bisnis yang berelemen kayu yang akan cerah
misalnya furnitur, hasil perkebunan, fashion, kertas, percetakan. Bisnis yang
berelemen air walaupun mengalami sedikit penurunan tapi masih bisa dikatakan
cukup menguntungkan yakni biro wisata/perjalanan, perhotelan, ekspor-impor dan
perikanan.Disisi lain, bisnis yang berelemen tanah seperti properti,
pertambangan yang elemennya batu/tanah diprediksi tidak baik/ciong. Untuk
bisnis yang berkaitan dengan elemen logam seperti otomotif, keuangan/perbankan
akan mengalami kondisi yang sulit sehingga para pebisnis tersebut harus fight
dan mengeluarkan biaya ekstra untuk berpromosi. Saham yang terdiri atas
berbagai macam produk juga termasuk bisnis yang berlemen logam. Bagus tidaknya
saham tergantung dari produknya. Jika ingin bermain saham, sebaiknya tetap
mengacu pada 5 unsur (air,api,tanah,kayu,logam) di dalam satu tahun itu seperti
apa. Jika mau main di saham batubara, perlu anda lihat dulu saham perusahaan
tersebut milik siapa dan sehat atau tidak. Khusus untuk saham properti
sebaiknya berhati-hati karena saham tersebut diprediksi tidak akan mengalami
kenaikan yang signifikan.
Di tahun 2011, bisnis telekomunikasi akan cukup bagus
meski persaingannya yang sangat ketat. Setelah ada perjanjian perdagangan bebas
dengan china, kita bisa merasakan dan melihat bahwa produk dari china,
khususnya telpon genggam yang beragam merk jumlahnya mengalir masuk dengan
derasnya ke Indonesia. Dampak positifnya konsumen mempunyai banyak pilihan yang
disesuaikan dengan kondisi keuangannya dan dampak negatifnya, produk serupa
dalam negeri akan kalah bersaing yang secara mutu dan harga masih lebih baik.
Jadi di tahun 2011, dunia perdagangan Indonesia masih kurang menggembirakan.
Agar bisa bertahan dan memenangkan persaingan di pasar bebas maka mau tidak mau
kita harus menggali potensi yang ada pada diri kita sendiri agar kemampuan kita
tidak kalah dengan asing.
Kondisi
Global
Secara fengshui, negara-negara bagian utara dan selatan di
tahun 2011 akan mengalami peruntungan yang cukup bagus termasuk korut dan
korsel hubungannya akan lebih baik dan tidak setegang 2010. Kondisi yang tidak
baik adalah negara bagian barat dan timur seperti masalah israel, asia timur,
asia barat atau tepi barat yang konfliknya masih panjang. Yang menarik adalah
hubungan Indonesia-Malaysia masih tidak menguntungkan karena mendapat tekanan
dimana kita selalu berusaha baik namun kurang mendapat respon yang baik pula.
Untuk itulah negara ini harus lebih fokus membangun diri sendiri dan kekuatan
diri sendiri karena jika kita kuat maka otomatis akan disegani negara sekitar.
Nilai rupiah di tahun 2012 akan diperkirakan mengalami penguatan, seperti yang
terjadi pada tahun sebelumnya, sebenarnya dari awal tahun hingga kuartal 3,
rupiah masih sangat kuat bahkan pernah menyentuh level 8500/ dollar. Namun, di
akhir tahun ini, rupiah melemah. Masih percayanya para investor terhadap dollar
diyakini memberikan dampak besar dari pelemahan rupiah. Beberapa analis
berpendapat, di 2012 nilai rupiah akan menguat kembali. Keberanian BI
menurunkan suku bunga nya hingga 75 basis poin di tahun 2011, diharapkan akan
meningkatkan kredit untuk usaha dan merangsang perekonomian. Tahun 2012,
diperkirakan BI akan tetap menurunkan hingga 5,75%. Sebuah angka yang tidak
pernah terjadi sepanjang sejarah Indonesia. Namun, keengganan perbankan untuk
menurunkan SBDK masih menjadi masalah. Diawal tahun ini, perbankan besar
nasional memang berbondong-bondong menurunkan SBDK, tapi hal tersebut masih
dipandang sinis sebagian pengamat. Spread masih saja tinggi, perbankan
diharapkan lebih efisien dalam operasionalnya.
Inflasi di 2012 akan melebihi inflasi di 2011.
Prediksi bahwa akan terjadi kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan harga
beras akibat banir Thailand akan menjadi pemicu kenaikan inflasi. Ini menjadi
kontra terhadap prediksi penurunan BI rate menjadi 5,75 di 2012. Hal yang
menarik lainnya adalah program besar pemerintah dengan adanya MP3EI. Memang
banyak sekali yang kontra terhadap program ini karena dianggap sebagai alat
pencitraan pemerintah dan pemborosan. Bayangkan saja, 4000 triliun akan
dikeluarkan. Pandangan positif pun tak kalah banyaknya, pertumbuhan ekonomi,
penyerapan tenaga kerja, dan terbangunnya infrastruktur untuk pembangunan akan
meningkat. Yah, semua akan tergantung pada pelaksanaan di lapangan. Apakah ini
bisa menjadi giant leap pembangunan Indonesia. Namun, apakah akan menjadi
sarang terciptanya korupsi? Tugas kita lah untuk mengawalnya.
Pro kontra mengenai proyeksi dan kebijakan yang akan
diambil pemerintah kedepannya menarik untuk dicermati. Kita harus bisa mengawal
isu-isu seputar ekonomi dan menjadi ‘anjing’ yang menyalak ketika terjadi
penyelewengan. Untuk itu lah dibutuhkan pengetahuan dan bekal cukup mengenai
perekonomian. Masyarakat harus lebih peka dan rajin membaca sehingga tidak
dibodohi dan di ombang-ambing isu oleh para pengambil kebijakan dan pelaksana
kebijakan. Pandangan optimis mengenai perekonomian jangan lah membuat kita
menjadi terlena. Kewaspadaan harus tetap terjadi ditengah ketidakstabilan
perekonomian global. Pandangan pesimis dari para ahli pun harus kita jadikan rujukan,
namun tetap harus membaca situasi dan kondisi, sehingga tidak kehilangan
peluang untuk berkembang dan berekspansi.
Perekonomian global yang tengah meredup akibat krisis utang
Eropa dan Amerika Serikat, hendaknya segera diantisipasi oleh Indonesia dengan
menciptakan iklim investasi yang ramah bagi investor, mempercepat pembangunan
infrastruktur dan menyiapkan kebijakan yang member kepastian bagi pelaku
bisnis. Pasalnya, imbas krisi ekonomi global dikhawatirkan masih terus
berlanjut hingga 2012. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Prof.
Mudrajad Kuncoro, Ph.D., mengungkapkan krisis Eropa-AS diperkirakan akan
mengganggu kinerja ekspor nasional, karena pasar Eropa dan AS masing-masing
menyerap 13,3% dan 10% dari total ekspor non-migasselamaJanuari-Juli2011.
Ada lima tantangan dan risiko global yang dicatat KEN
(Komite Ekonomi Nasional), yaitu pemulihan ekonomi negara maju yang masih akan
lama karena persoalan struktural serta persoalan geopolitik dan geoekonomi
G-20, seperti penyelesaian persoalan ketidakseimbangan ekonomi dunia, perang
kurs dan potensi perang Korea. Tantangan dan risiko global lainnya adalah
kebijakan banjir likuiditas Amerika Serikat Quantitative Easing yang diambil
dalam rangka menyelamatkan diri sendiri, dilema perang kurs dan risiko gagal
bayar hutang negara-negara Eropa.
Perekonomian Indonesia 2013
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia terus turun. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5 persen pada
2011, dan 6,23 persen pada 2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada dibawah 6
persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia
sepanjang 2013 sebesar hanya 5,78 persen. Angka tersebut turun dibandingkan
sepanjang 2013 sebesar 6,23 persen. Kepala BPS Suryamin memaparkan,
pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013 sebesar 5,72 persen, atau mengalami
penurunan 1,42 persen dibanding kuartal III-2013. "Triwulan empat ini dari
pengalaman selalu lebih rendah dibanding triwulan tiga setiap tahunnya,"
kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu(5/2/2014).
Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih. Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9 persen.
"Ini artinya perekonomian global berdampak pada ekonomi kita, terutama untuk ekspor dan sektor lain seperti wisatawan mancanegara," terang dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan 7,56 persen, dengan nilai Rp 272,1 triliun. Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57 persen dengan nilai Rp 182,1 triliun. Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan nilai Rp 195,7 triliun.
"Gadget membuat pertumbuhan signifikan di sektor komunikasi menjadi paling tinggi. Pembangunan real estate positif, demikian juga dengan lembaga keuangan. Konstruksi tumbuh positif karena ini berkaitan dengan pembangunan infrastruktur dari tahun ke tahun. Terutama yang dilakukan pemerintah dalam rangka MP3EI," jelas Suryamin.
Sedangkan jumlah total produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2013 adalah Rp 9.084 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan (tahun 2000) adalah Rp. 2770,3 triliun
Untuk kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK sebesar Rp 699,9 triliun. Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana PDB ADHB sebesar Rp 2.092,4 triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.
Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih. Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9 persen.
"Ini artinya perekonomian global berdampak pada ekonomi kita, terutama untuk ekspor dan sektor lain seperti wisatawan mancanegara," terang dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan 7,56 persen, dengan nilai Rp 272,1 triliun. Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57 persen dengan nilai Rp 182,1 triliun. Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan nilai Rp 195,7 triliun.
"Gadget membuat pertumbuhan signifikan di sektor komunikasi menjadi paling tinggi. Pembangunan real estate positif, demikian juga dengan lembaga keuangan. Konstruksi tumbuh positif karena ini berkaitan dengan pembangunan infrastruktur dari tahun ke tahun. Terutama yang dilakukan pemerintah dalam rangka MP3EI," jelas Suryamin.
Sedangkan jumlah total produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2013 adalah Rp 9.084 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan (tahun 2000) adalah Rp. 2770,3 triliun
Untuk kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK sebesar Rp 699,9 triliun. Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana PDB ADHB sebesar Rp 2.092,4 triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.
Perekonomian Indonesia 2014
Kondisi ekonomi makro
sepanjang tahun 2014 menunjukkan kinerja yang cukup baik sebagaimana
ditunjukkan melalui indikator makro ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014
tercatat sebesar 5,1 persen (angka sementara), lebih rendah dari target yang
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014
yang sebesar 5,5 persen.
“Ini tentunya terkait dengan kondisi
global dan kondisi kita sendiri, di mana besarnya defisit transaksi berjalan
membuat baik kebijakan moneter dan fiskal sifatnya kebijakan yang ketat. Dengan
kebijakan yang ketat, maka otomatis memang pertumbuhan akan terkendala,
sehingga tidak mencapai apa yang diharapkan,” kata Menteri Keuangan (Menkeu)
Bambang P.S. Brodojonegoro dalam konferensi pers ‘Perkembangan Perekonomian
Terkini Serta Kinerja Realisasi APBNP Tahun 2014’ di kantornya, Senin (5/1).
Selain itu, tingkat inflasi tahun
2014 tercatat sebesar 8.36 persen, lebih tinggi dari asumsi APBN-P 2014 yang
sebesar 5,3 persen. Hal ini terjadi karena APBN-P 2014 belum mengasumsikan
adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM). Realisasi tingkat suku bunga
Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan sebesar 5,8 persen, lebih rendah dari
asumsi dalam APBN-P 2014 yang sebesar 6,0 persen.
Sementara itu, realisasi nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat rata-rata sebesar
Rp11.878/dolar AS, lebih tinggi dari angka yang ditetapkan dalam APBN-P 2014,
sebesar Rp11.600/dolar AS. Harga minyak mentah Indonesia tercatat sebesar 97
dolar AS per barel, lebih rendah dari asumsi dalam APBN-P 2014, sebesar 105
dolar AS per barel.
Untuk
rata-rata lifting minyak mentah Indonesia, realisasinya mencapai 794
ribu barel per hari, lebih rendah dari target dalam APBN-P 2014 yang sebesar
818 ribu barel per hari. Terakhir, realisasi lifting gas mencapai target yang ditentukan dalam APBN-P yaitu 1.224
ribu barel setara minyak per hari.(ya)
Perekonomian Indonesia 2015
Awal tahun 2015 menjadi momentum
tepat untuk memprediksi kondisi perekonomian Indonesia kedepan. Sebagai salah
satu negara yang baru saja mengalami perombakan politik, serangkaian kebijakan
baru tentunya akan mempengaruhi proyeksi ekonominya. Meskipun laju perekonomian
di tahun lalu mengalami perlambatan, namun sejumlah ahli dan ekonom justru
memprediksi bahwa di tahun 2015 perekonomian Indonesia akan mengalami
peningkatan. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Bahkan ditengah kondisi ekonomi
internasional yang terbilang pesimis dalam beberapa tahun terakhir? Berikut ini
sejumlah data yang dikumpulkan dari data-data Bank Indonesia dan sejumlah
kalangan mengenai perkembangan ekonomi di tahun 2015.
Pada pertengahan Januari lalu, Bank
Indonesia menetapkan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku
bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada
level 8,00% dan 5,75%. Kemudikan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap
perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek ekonomi 2015 dan 2016 yang
menunjukkan bahwa kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk
mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016, dan mendukung
pengendalian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
Mengacu pada evaluasi terhadap
perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank Indonesia memperkirakan
perekonomian Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, ditopang oleh
perbaikan ekonomi global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam
memperkuat fundamental ekonomi nasional. Perekonomian Indonesia tahun 2014
diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan dengan 5,8% pada tahun
sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh
ekspor yang menurun akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global,
serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun ekspor secara
keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung membaik sejalan dengan
berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan tersebut
didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah seiring dengan program
penghematan anggaran.
Sementara itu, kegiatan investasi
juga masih tumbuh terbatas. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi
terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap solid. Pada tahun 2015,
pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran
5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya konsumsi rumah tangga,
tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan didukung oleh ekspansi konsumsi
dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk
mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam APBN-P Tahun 2015,
pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan PDB 5.7 persen (t/t) meningkat
dari pertumbuhan angka 5.02 persen yang tercatat pada tahun 2014. Presiden
Indonesia Joko Widodo, yang resmi mulai menjabat pada bulan October 2014, optimis
bahwa target ambisius ini dapat dicapai walaupun lembaga internasional seperti
Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan PDB
Indonesia masing-masing pada angka 5.2 persen dan 5.0 persen, pada tahun 2015.
Kedua institusi tersebut menilai rendah pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
2015 akibat dampak negatif perekonomian global yang menyebabkan pembiayaan
eksternal yang lebih ketat dan dapat menimbulkan suku bunga nasional yang
tinggi, sehingga menambah tekanan terhadap bank, perusahaan lokal dan rumah
tangga untuk menyelesaikan utang, sekaligus menghambat kemampuan untuk
berinvestasi atau belanja. Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 5.4 - 5.8 persen tahun
ini.
Dengan demikian, pertanyaan yang
timbul adalah bagaimana Indonesia dapat berhasil mencapai target pertumbuhan
ekonomi 5.7 persen pada tahun 2015. Langkah di bawah ini dinilai sangat
diperlukan:
1. Investasi publik di sektor infrastruktur
2. Memperbaiki iklim investasi
3. Menjadi eksportir produk manufactur
4. Menurunkan patokan suku bunga
5. Meningkatkan stabilitas politik
Daftar Pustaka :
0 Komentar